BAPAK IBU GURU YANG INGIN MENCARI DATA NOMER REGISTRASI GURU DISINI CARA MELIHAT DATA NOMER REGISTRASI GURU

Monday, February 24, 2014

PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PERBAIKAN (REMEDIAL TEACHING) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEER COACHING

LAPORAN PENELITIAN
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PERBAIKAN (REMEDIAL TEACHING) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUI PEER COACHINGDI SD NEGERI KEDUNGPUCANG, BENER, PURWOREJO
Oleh
Drs. Mujiyanto Paulus, M.Pd.
LEMBAGA PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN JAWA TENGAH
2013
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar Belakang Masalah.
    Masalah klasik yang sering dialami oleh guru adalah ketuntasan belajar. Ketuntasan belajar ini ditentukan oleh kemampuan setiap siswa untuk menguasai sejumlah kompetensi yang dipelajari. Semakin tinggi kemampuan siswa menguasai kompetensi yang diharapkan akan semakin tinggi daya serap yang diperoleh. Dalam kenyataannya (berdasarkan wawancara dengan sejumlah guru yang peneliti temui) tidak sedikit siswa yang memiliki kompetensi di bawah standar yang telah ditetapkan. Standar yang dimaksud di sini adalah Standar Ketuntasan Minimal (KKM).
    KKM ini telah ditetapkan oleh guru sejak awal tahun pelajaran. Dalam menetapkan KKM guru tidak sekadar asal menetapkan. Ada beberapa acuan yang dipergunakan guru dalam menetapkan KKM, di antaranya input siswa, kompleksitas materi pelajaran, dan daya dukung. Daya dukung di sini meliputi sarana/prasarana yang ada maupun kemampuan guru itu sendiri. Dengan ditetapkannya KKM tersebut akan digunakan oleh guru dalam menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan kemampuan siswa. Guru akan berusaha semaksimal mungkin agar semua siswa memiliki kompetensi minimal sama dengan KKM yang telah ditentukan.
    Kenyataan menunjukkan bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia di SD Negeri Kedungpucang, Purworejo, pencapaian KKM tidak semudah yang diharapkan. Dalam setiap akhir pembelajaran kompetensi dasar tertentu, tidak semua siswa dapat mencapai nilai di atas KKM. Menurut perhitungan rata-rata ada sekitar 15 % siswa belum mencapai KKM yang telah ditentukan. Kenyataan ini akan menjadi semakin serius apabila tidak segera diatasi. Salah satu kegiatan yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah tersebut adalah dengan melaksanakan pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Guru perlu memprogramkan dan melaksanakan pembelajaran perbaikan untuk mengatasi siswa yang belum tuntas.
    Pendekatan pembelajaran tuntas adalah salah satu usaha dalam pendidikan yang bertujuan untuk memotivasi peserta didik untuk mencapai
penguasaan (mastery level) terhadap kompetensi tertentu. Dengan menempatkan pembelajaran tuntas (mastery learning) sebagai salah satu prinsip utama dalam mendukung pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi, berarti pembelajaran tuntas merupakan sesuatu yang harus dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya oleh seluruh warga sekolah khusunya pendidikan dan tenaga kependidikan lainnya. Untuk itu, perlu adanya panduan yang memberikan arah serta petunjuk bagi pendidikan dan tenaga kependidikan di sekolah tentang bagaimana pembelajaran tuntas seharusnya dilaksanakan. Untuk mencapai dan memenuhi ketuntasan belajar tersebut langkah berikutnya adalah melalui proses pembelajaran perbaikan (remedial teaching).
Pembelajaran perbaikan merupakan layanan pendidikan yang diberikan kepada peserta didik tertentu untuk memperbaiki prestasi belajarnya sehingga mencapai kriteria ketuntasan yang ditetapkan. Untuk memahami konsep penyelenggaraan model pembelajaran perbaikan, terlebih dahulu perlu diperhatikan bahwa Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang diberlakukan berdasarkan Permendiknas 22, 23, 24 Tahun 2006 dan Permendiknas No. 6 Tahun 2007 menerapkan sistem pembelajaran berbasis kompetensi, sistem belajar tuntas, dan sistem pembelajaran yang memperhatikan perbedaan individual peserta didik. Sistem dimaksud ditandai dengan dirumuskannya secara jelas standar kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) yang harus dikuasai peserta didik. Penguasaan SK dan KD setiap peserta didik diukur menggunakan sistem penilaian acuan kriteria. Jika seorang peserta didik mencapai standar tertentu maka peserta didik dinyatakan telah mencapai ketuntasan.
Apabila dijumpai adanya peserta didik yang tidak mencapai penguasaan kompetensi yang telah ditentukan, maka muncul permasalahan mengenai apa yang harus dilakukan oleh pendidik. Salah satu tindakan yang diperlukan adalah pemberian program pembelajaran perbaikan (remedial teaching). Dengan dilakukannya
pembelajaran perbaikan (remedial teaching) bagi peserta didik yang belum mencapai tingkat ketuntasan belajar, maka peserta didik ini memerlukan waktu lebih lama daripada mereka yang telah mencapai tingkat penguasaan. Mereka juga perlu menempuh penilaian kembali setelah mendapatkan program pembelajaran perbaikan (remedial teaching).
Belum efektifnya pelaksanaan program perbaikan di sekolah sebagian besar guru beralasan kesulitan mengatur waktu, sebab kalau dilaksanakan pada jam belajar efektif kendalanya :
  1. Mengurangi jatah waktu belajar efektif yang telah diprogram untuk memenuhi target kurikulum sesuai kalender pendidikan yang telah disusun,
  2. Masih banyak mengalami kesulitan dalam mengelola kelas dengan dua macam kegiatan pembelajaran sekaligus pada waktu yang bersamaan yaitu perbaikan dan pengayaan.
  3. Masih rendahnya kemampuan guru dalam memilih metode dan strategi yang tepat untuk melaknasakan program pembelajaran perbaikan,
  4. Jumlah peserta didik yang menjadi tanggung jawab untuk dilayani guru sesuai jumlah jam mengajarnya cukup banyak, mengingat untuk program perbaikan lebih merupakan bimbingan individual.
  5. Sebagian besar guru dalam melaksanakan program perbaikan orientasinya semata-mata hanya untuk memperbaiki angka/nilai, bukan untuk penguasaan kompetensi sehingga pelaksanaan perbaikan umumnya berupa tes ulang dan berulang sampai nilainya berubah dan mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini terjadi sejak diberlakukannya kurikulum 1994 dan sistem kenaikan pangkat jabatan guru dengan penetapan angka kredit (PAK), dimana tupoksi guru yang kelima adalah melaksanakan program perbaikan dan pengayaan.
Atas dasar pertimbangan di atas untuk dapat melaksanakan pembelajaran perbaikan dengan maksimal kompetensi guru tentang pembelajaran perbaikan perlu ditingkatkan. Salah satu jenis kegiatan yang kemungkinan dapat digunakan untuk meningkatkan kompetensi guru tentang pembelajaran perbaikan adalah melalui pelatihan teman sejawat (Peer Coaching). Oleh sebab itu sesuai dengan tugas pokok dan fungsi peneliti sebagai widyaiswara, peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul ” PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU DALAM MENGELOLA PEMBELAJARAN PERBAIKAN (REMEDIAL TEACHING) MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA MELALUIPEERCOACHING.
  • Contoh Proposal PTK PLPG

    Salah satu workshop dalam Pendidikan dan Latihan Profesi Guru ( PLPG ) adalah berlatih membuat proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Dalam kesempatan ini penulis ingin berbagi contoh proposal yang
    kebetulan penulis susun dalam pelaksanaan workshop dalam PLPG tahap 1 di Universitas Jember. Proposal ini masih jauh dari kata sempurna karena keterbatasan waktu dan sumber dalam menyusunnya.


    PTK PKN KELAS 1 SD CBSA

    BAB I
    PENDAHULUAN

    1.1  Latar Belakang
    Sejak dulu selalu dibicarakan masalah cara mengajar guru di kelas. Cara mengajar dipakainya dengan istilah metode mengajar. Metode diartikan cara. Jika diperhatikan berbagai metode yang dikenal dalam dunia pendidikan atau pembelajaran dan jumlahnya makin mengembang, maka dipertanyakan apakah metode itu. Ada beberapa jawaban untuk itu di antaranya, “Cara-cara penyajian bahan pembelajaran”. Dalam bahasa Inggris disebut “method”. Dalam kata metode tercakup beberapa faktor seperti, penentuan urutan bahan, penentuan tingkat kesukaran bahan, dan suatu sistem tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Di samping istilah metode yang diartikan sebuah “cara” ; bahkan ada yang menggunakan istilah “model”.
    Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. lapun dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Untuk keseluruhannya dapat dilihat disini :


    href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEg6PzLgUjFIEPxpYF9M-GKAmNlRvPp27Q4mOchXMJ4vxB0sdZItW2gcNd-J7QpSR0uCh0Hp3H7lzmSTPql1ZUJZeHu0cs61AxJ7fWpi5VqKT1EcurYnTyZFYpdZD8mDqpbMHTZfUIexH3Y/s1600/pkn_02.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;">




    PTK MATEMATIKA KELAS V SD KONSTEKTUAL

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.  Latar Belakang
    Peranan lingkungan dan keluarga sangat penting dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa disamping guru. Guru memiliki peranan yang sangat penting dalam hal menumbuhkembangkan minat siswa untuk meraih prestasi dalam bidang pelajaran tertentu termasuk matematika. Untuk itu seorang guru perlu mencari strategi alternatif dalam menumbuhkan minat siswa agar mau belajar dengan gembira (tanpa merasa dipaksa), sehingga dapat menimbulkan percaya diri pada siswa, yang pada akhirnya mereka dapat mengembangkan kemampuan yang telah ada tanpa mereka sadari. Tampaknya menggali kemampuan siswa dengan cara menumbuhkembangkan kemampuan yang telah ada belum pernah dilakukan oleh guru SDN Plalangan 03, sehingga pendidikan itu terkesan memaksa dan menjemukan. Lebih-lebih siswa tumbuh pada lingkungan dan keluarga yang kurang memahami pentingnya pendidikan. Orang tua tidak mengerti,
    lingkungan tidak mendukung, di sekolah merasa dipaksa mengerjakan hal-hal yang tidak bisa dan berakhir dengan pengambilan keputusan untuk berhenti sekolah. Seperti halnya siswa SDN Plalangan 03, Kecamatan Kalisat, Jember. Untuk lebih jelas lihat disini :


    PTK BAHASA INDONESIA KELAS IV SD DEMOSTRASI PUISI

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A. Latar Belakang Masalah
    Pembelajaran membaca puisi adalah bagian dari pembelajaran apresiasi sastra. Pembelajaran apresiasi sastra merupakan proses antara guru dan siswa, yang menjadikan proses pengenalan, pemahaman dan penghayatan. Pada akhirnya dalam menikmati karya sastra akan mampu menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran sastra khususnya puisi dalam kegiatan belajar belum diupayakan secara maksimal, karena sebenarnya pembelajaran puisi merupakan kegiatan pementasan karya seni yang memerlukan kemampuan khusus.

    Proses belajar mengajar di SD Negeri Slateng 02, khususnya siswa kelas VI  dalam pembelajaran membaca puisi belum sepenuhnya menguasai. Dikarenakan beberapa hal diantaranya; Siswa tidak berani tampil dan membaca dengan baik, hal ini juga dipengaruhi oleh factor  psikologis, merasa asing, merasa malu, merasa takut dan kurang percaya diri. Untuk Selengkapnya lihat disini :
    src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjRiiwgNbzFOdLQifFcRw5zom0HeaDFNvw6JIglXaSNRKPNl2uZxSp7VGZ4teN95Srv_ug8beFmY2LvtHfU3IzfLNroQj9f8kexpSCHPWJl-pdZmXW3LYNt7FeLBn7ig7T01ZdkqQaa5lg/s1600/ptk+dahono+bind+puisi+demo_01.jpg" width="247">



    PTK IPS KELAS IV SD PEMANFAATAN LINGKUNGAN

    BAB I
    PENDAHULUAN

    1.1 Latar Belakang Masalah
    Mengingat manusia dalam konteks sosial itu demikian luasnya, maka pada pembelajaran IPS setiap jenjang pendidikan, kita harus melakukan pembatasan sesuai dengan kemampuan siswa pada tingkat masing-masing. Sebagaimanam Nursid (1984: 11) menyatakan bahwa: “Radius ruang lingkup pengajaran IPS di SD dibatasi sampai gejala dan masalah sosial yang dapat dijangkau geografi dan sejarah. Terutama gejala dan masalah sosial kehidupan sehari-hari yang ada pada lingkungan hidup murid SD tersebut”. Menyimak dari pernyataan di atas bahwa ruang lingkup yang dipelajari IPS adalah manusia sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu segala gejala dan masalah serta peristiwa tentang kehidupan manusia di masyarakat, dapat dijadikan sumber dan materi pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial ( IPS ).
    IPS adalah bidang pengetahuan yang digali dari kehidupan praktis sehari-hari di masyarakat. Oleh karena itu pengajaran IPS yang tidak bersumber kepada masyarakat, tidak mungkin akan mencapai sasaran dan tujuan pelajaran IPS.
    Oleh karena itu Nursid (1994: 13) selanjutnya mengatakan bahwa: “Pengajaran IPS yang melupakan masyarakat sebagai sumber dan obyeknya, merupakan suatu bidang pengetahuan yang tidak berpijak kepada kenyataan, Untuk lebih lengkapnya
    data berikut ini :



    PTK KELAS V SD METODE EKSPERIMEN

    BAB I
    PENDAHULUAN

    A.     Latar Belakang Masalah
    Pada hakekatnya kegiatan belajar mengajar adalah suatu proses interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa dalam satuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu komponen dalam proses belajar menganjar merupakan pemegang peran yang sangat penting. Guru bukan hanya sekedar penyampai materi saja, tetapi lebih dari itu guru dapat dikatakan sebagai sentral pembelajaran.
     Sebagai pengatur sekaligus pelaku dalam proses belajar mengajar, gurulah yang mengarahkan bagaimana proses belajar mengajar itu dilaksanakan. Karena itu guru harus dapat membuat suatu pengajaran menjadi lebeh efektif juga menarik sehingga bahan pelajaran yang disampaikan akan membuat siswa merasa senang dan merasa perlu untuk mempelajari bahan pelajaran tersebut.
    Guru mengemban tugas yang berat untuk tercapainya tujuan pendidikan nasional yaitu meningkatkan kualitas manusia Indonesia, manusia seutuhnya yang beriman dan bertakwa
    terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, berkepribadian, berdisiplin, bekerja keras, tangguh, bertanggung jawab, mandiri, cerdas dan terampil serta sehat jasmani dan rohani, juga harus mampu menumbuhkan dan memperdalam rasa cinta terhadap tanah air, mempertebal semangat kebangsaan dan rasa kesetiakawanan sosial. Sejalan dengan itu pendidikan nasional akan mampu mewujudkan manusia-manusia pembangunan dan membangun dirinya sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. Depdikbud (1999). Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat di sini :


    PTK PPKN UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI MENJAGA KEUTUHAN NKRI MELALUI METODE BERMAIN PERAN DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE

    LAPORAN

    UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI MENJAGA KEUTUHAN NKRI  MELALUI METODE BERMAIN PERAN
    DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE
    LEARNING  KELAS V SD NEGERI
    SUMBERMULYO 01
    2012 / 2013

    Diajuan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
    Pemantapan Kemampuan Profesional ( PDGK 4501)
    Program SI PGSD Universitas Terbuka

    Di susun oleh
    Nama             : RUMISIH
    Nim                 : 817463908
    Masa Ujian    : 2012.2
    Pokjar            : Pati A


    UNIVERSITAS TERBUKA
    FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
    UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH SEMARANG
    2012
    LEMBAR PENGESAHAN LAPORAN HASIL PERBAIKAN PEMBELAJARAN MATA PELAJARAN IPA MELALUI
    PENELITIAN TINDAKAN KELAS


    Nama Mahasiswa                                : R U M I S I H
    NIM                                                    : 817463908
    Program Studi                                     : S I PGSD
    Tempat Mengajar      
                             : SD Negeri Sumbermulyo 01
    Jumlah Siklus Pembelajaran                : 2 Siklus
    Hari dan Tanggal Pelaksanaan            : Pra Siklus ,   Rabu, 26 September 2012
                                                                  Siklus I,        Rabu, 03 Oktober 2012
                                                                  Siklus II,      Rabu, 10 Oktober 2012

    Masalah yang merupakan fokus perbaikan :
    1.    Hasil belajar siswa sangat rendah pada pelajaran PKn terutama tentang NKRI.
    2.    Penerapan metode pembelajaran bermain peran untuk meningkatkan hasil belajar PKn tentang Negara Kesatuan Republik Indonesia di kelas V SD Negeri Sumbermulyo 01



    Menyetujui
    Supervisor I


    N Y A M A T, S.Pd, M.Pd
    NIP. 19680915 199412 1  002
    Pati,  4 November 2012

    Mahasiswa


    RUMISIH
    NIM. 817463908